Jumat, 22 Juni 2012
Rabu, 20 Juni 2012
Tai chi tidak Efektif untuk Pengobatan Kanker
Posted on Februari 18, 2012 by Perdana Akhmad S.Psi
REUTERS/”PRLM”
Seni bela diri tai chi.
Namun tai chi yang dipraktikkan secara luas untuk kesehatan, tidak terbukti membantu menurunkan gejala kanker atau artritis reumatoid, dan bukti tersebut bertentangan dengan banyak kondisi kesehatan dan gejala lainnya.
Efektivitas tai chi untuk berbagai penyakit telah dinilai dalam beberapa penelitian dan ulasan, tapi temuan itu saling bertentangan, sehingga peneliti dari Korea Institute of Oriental Medicine di Korea Selatan dan University of Exeter di Inggris memutuskan untuk membandingkan kesimpulan dari ulasan tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik manfaat dari tai chi.
Tiga puluh lima ulasan yang relevan menilai tai chi yang diidentifikasi dari basis data bahasa Inggris, Cina, dan Korea. Mereka melihat efektivitas teknik tersebut dalam berbagai penyakit. Namun untuk beberapa kondisi, temuan dari tinjauan itu bertentangan. Yang jelas tai chi efektif untuk mencegah jatuh dan meningkatkan kesehatan psikologis dan dikaitkan dengan manfaat kesehatan umum untuk orang tua. Di sisi lain, tai chi tampaknya tidak efektif untuk pengobatan gejala kanker dan artritis reumatoid.
Para peneliti menyimpulkan: “Gambaran kami menunjukkan bahwa tai chi, yang menggabungkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi dengan gerakan lambat dan lembut, mungkin bermanfaat untuk pencegahan jatuh dan perbaikan keseimbangan pada lansia serta beberapa efek meditatif untuk meningkatkan kesehatan psikologis. Kami menyarankan, tai chi untuk orang tua karena berbagai keunggulan fisik dan psikologis. Namun, tai chi mungkin tidak efektif mengobati penyakit radang.” (Aya/A-147)***
dikutip dari :http://metafisis.wordpress.com/2012/02/18/tai-chi-tidak-efektif-untuk-pengobatan-kanker/?like=1&_wpnonce=366202614d
Jangan Dilihat dari Bodi Doang....... liat dari sisi tenaga nya
Kawasaki KR150-R, dari masa ke masa.
Kalau ngomongin produk motor sport 150cc berdimensi paling imut
dikeluarga Kawasaki, khususnya buatan negeri Gajah Putih yang pernah
popular ditahun 90′an silam, dimana teknologi 2 tak masih menjadi
primadona bagi penikmat kecepatan, pasti ingatan saya akan terbawa akan
sosok KR 150-R.
Tidak salah, tepatnya ditahun 92′an waktu pertama kali motor ini
diperkenalkan kepublik dalam negeri, konsep minimalis dengan tenaga
bengis merupakan hal yang pingin ditawarkan oleh pabrikan pengusung
warna kebanggaan hijau ini. Apakah pihak pabrikan tengah tergiur dengan
renyahnya kue penjualan yang kala itu tiap produsen sepeda motor asal
Jepang menyuguhkan konsep imut tapi bertenaga amit-amit? Kalau melihat
rival-rivalnya macam Honda yang terlebih dulu mempelopori kelas ini
dengan produk andalannya Beat R 115, atau Suzuki dengan Flash 110, atau lagi Yamaha yang paling bontot dalam mengeluarkan produk andalan macam Touch 125,
bisa jadi Kawasaki juga tertarik buat pamer unjuk keperkasaan. Tapi
kalo disandingkan dengan ketiga produk kompetitornya tersebut,
rasa-rasanya KR 150-R tidak bisa disejajarkan, kenapa? yang jelas
teknologi dan kubikasi mesin adalah jawaban utama.
Kawasaki KR150-R Gen. 1
Dengan mengandalkan mesin berkubikasi 148cc (bore x stroke = 59,0 x
54,4 mm), single silinder, Reed Valve, 2 stroke, liquid cooler,
dilengkapi karburator Flat-Oval Keihin PWK 28, serta teknologi andalan
KIPS (Kawasaki Integrated Power valve System), dan juga 6 percepatan, nyatanya horse power yang mampu disemburkan motor bertajuk Ultra Sports ini sampai dengan 34 @ 10,500 rpm. Hmmm…benar-benar motor imut dengan tenaga yang amit-amit, bukan?
Guna memberikan kestabilan disaat motor dipacu dalam kecepatan
tinggi, rangka Double Cradle Box Frame dijadikan andalan untuk menopang
mesin sekaligus sasis bagi tubuh motor. Dan pada akhirnya, mendatang
tipe rangka inilah yang kemudian menjadi acuan dasar bagi tiap produk
motor sport Kawasaki kelas 150cc 2 stroke, macam KRR 150 series, Victor
150 series, hingga produk Ninja 150 L buatan PT. KMI (Kawasaki Motor Indonesia)
pun juga turut mengaplikasikan rangka ini. Lalu kenapa rangka itu yang
dijadikan basis acuan untuk motor generasi selanjutnya? yang jelas
rigidibilitas serta fleksibilitas saat digunakan dilintasan sirkuit
maupun jalanan dapat diandalkan kelebihannya. Kalau tidak percaya coba
tanyakan kejuragan warung ini.
Sama halnya dengan produk sport 150cc kasta tertinggi dari Kawasaki Thailand yakni Serpico series, di KR150 ini juga mengalami update facelift maupun major update dari generasi ke generasi hingga akhir masa popularitasnya menjelang pergantian millenium. Misal…
Kawasaki KR150-SP Gen.2
Kawasaki KR150-SP merupakan generasi kedua yang lahir tidak sampai 1
tahun setelah generasi pertama sukses dalam melakukan penetrasi pasar.
Yeah! kemungkinan motor ini dijadikan produk tandem beda alternatif bagi
konsumen penyuka tampilan sporty, lha wong namanya aja dikasih embel-embel SP alias Sports Production.
Tidak ada yang beda pada motor ini dengan seri KR150-R, baik itu secara
tampilan maupun spek mesin, kecuali velg cast wheel, pemindahan posisi
kaca spion dari handle stang ke head fairing, serta permainan striping yang lebih eye catching dan mampu memberi penyegaran tersendiri buat enthusiastnya.
Sedang untuk generasi ketiga lahir 2 tahun setelah KR150-R menuai hasil
positif dipasar, lebih tepatnya tahun 94′an. Masih mengadop basis dari
seri KR150-SP yang diperbaharui design teknologi sistem pelepas gas
buangnya serta perbaikan penampilan konsol dasboard pada stang
alias speedometer, motor generasi ketiga ini menggebrak pasar dengan
nama KR150-SP Turbomag. Eh, ternyata tidak hanya kedua bagian itu saja
yang mendapat sentuhan pembaharuan, pemakaian lampu utama dengan tipe
helogen serta lagi-lagi permainan striping merupakan 2 tambahan lagi
untuk mendongkrak nilai penjualan.
Kawasaki KR150-SSE Gen.4
Dan yang terakhir adalah generasi keempat, lahir tahun 95′an, motor
ini bener-bener sudah mendapat sentuhan pada teknologi mesinnya.
Super-KIPS merupakan bukti telah dikembangkannya perbaikan pada
perangkat doping motor yang diberi nama KR150-SSE. Dan pada akhirnya
pula, standar Super-KIPS lah yang kedepannya akan menjadi teknologi
andalan pada tiap produk motor sport kelas 150cc 2 stroke Kawasaki.
Selain Super-KIPS, stabiliser untuk mengurangi gejala getar disaat motor
digeber pada kecepatan tinggi juga diaplikasikan pada seri ini. Juga
untuk mempertegas kesan sportinya, velg cast wheel berlabel
Enkei palang tiga juga dipasang sebagai pemanis kaki-kaki, tak lupa
ketinggalan warna grafis yang oleh pabrikan dinamakan Racer Replica juga telah melabur diseluruh bodi motor yang kedepannya nanti menjadi cikal bakal lahirnya KRR 150 tersebut.
Penasaran dengan ulasan Kawasaki KRR 150? untuk pengobat rasa penasaran baca dulu artikel tentang KRR150-SE ini.
Demikian dari saya,
Salam.
dikutip dari:http://dwinugros.wordpress.com/2011/11/26/kawasaki-kr150-r-dari-masa-ke-masa/(dengan pengubahan)
History Of Zombies Dayligth
Band ini berdiri sekitar tahun 2009 di Surabaya. Hadir dengan nuansa baru, Zombies Daylight menawarkan
warna dan persepsi yang menyuarakan hal positif, cinta kasih dan
membangun semangat hidup yang saat ini dirasa menyerang masing-masing
individu yang kian melemah tiap harinya.
Sekilas saja kita dengarkan musik mereka, akan begitu terasa kentalnya 'easycore' yang mereka tawarkan. Namun tampaknya ZD tidak begitu ingin diidentikkan dengan easycore. Mereka cenderung menamakan genre mereka sebagai Heavy Pop Punk, Pop Punk Hardcore, Progressive, Whatever. Whatever?? Ya, tampaknya mereka cukup memberikan wewenang kepada pendengar untuk menyimpulkan musik mereka.
Zombies sendiri beranggotakan 4 pemuda Surabaya yang cukup veteran di dunia permusikkan indie Surabaya. Mereka ialah Saka (vokalis) yang juga merangkap sebagai gitaris dan vokalis Blingsatan. Bima gitaris tunggal zombies, lalu ada Andrew (bass) yang juga masih aktif bersama band grindcorre punk attacknya yaitu Depo Sampah. Dan terakhir Dandu (drumer) yang menyambi sebagai drummer Devadata dan salah satu anggota Drum Hero di Surabaya
Sekilas saja kita dengarkan musik mereka, akan begitu terasa kentalnya 'easycore' yang mereka tawarkan. Namun tampaknya ZD tidak begitu ingin diidentikkan dengan easycore. Mereka cenderung menamakan genre mereka sebagai Heavy Pop Punk, Pop Punk Hardcore, Progressive, Whatever. Whatever?? Ya, tampaknya mereka cukup memberikan wewenang kepada pendengar untuk menyimpulkan musik mereka.
Zombies sendiri beranggotakan 4 pemuda Surabaya yang cukup veteran di dunia permusikkan indie Surabaya. Mereka ialah Saka (vokalis) yang juga merangkap sebagai gitaris dan vokalis Blingsatan. Bima gitaris tunggal zombies, lalu ada Andrew (bass) yang juga masih aktif bersama band grindcorre punk attacknya yaitu Depo Sampah. Dan terakhir Dandu (drumer) yang menyambi sebagai drummer Devadata dan salah satu anggota Drum Hero di Surabaya
dikutip dari :http://ronascent.blogspot.com/2010/09/zombies-daylight.html
all about of yamaha tiara s 120
Ini dia adalah adik kandung Yamaha 125z yaitu yamaha tiara
120,familiar di thailand dan nama lain spesies ini adalah YAMAHA JR 120
dan YAMAHA speed MX 120 ,tidak seperti 125z dengan desain underbone
tulen,tiara ini disajikan dalam bentuk ayam jago,dengan shockbeker
panjang ala motor laki, daerah peredaranya meliputi,thailand, singapore,
malaysia, indonesia dan yunani
Daan..
Tidak seperti 125z,motor ini masuk indonesia melalui YMKI selaku ATPM
yamaha sekita taun..mmm..99 dengan harga saat itu 24 jt’an CMIIW
Bukan tanpa sebab YMKI mendatangkan secara utuh motor ini dari malaysia,
sejatinya misi tiara ini adalah menghancurkan dominasi SUZUKI
RG-SPORT di kancah roadrace nazional, tepatnya di kelas underbone tune
up seeded 2 stroke 115 cc,semua pada masa itu tau bahwasanya rg sport
yang bertanding di sirkuit dadakan adalah rg sport jadi-jadi’an daripada
motor suzuki 120cc lokal,sapa lagi kalo bukan satria 120 he??!..dengan
cara dicekik kapasitas silindernya menjadi 110cc
NAH..langkah suzuki itulah yang mendasari yamaha menjual tiara ke pasar
umum..dengan harapan yamahapun dapet mencekik tiara jadi 110cc,namun
langkah yamaha waktu itu mentah2 di tolak IMI karena,yamaha tidak
mempunyai motor di segment 110cc yang sejenis seperti tiara,seperti
halnya satria dan rg sport,namun, saat di sodorkan yamaha f1zr sebage
segment penunjang tiara down bore IMI menolak lg karna basis engine dan
rangka bener-bener beza..so tiara jadi “ngangkrak” di dealer2
yamaha,ready stock allways..atau dengan kata lain discontinu ngabisin
stock,lumayan banyak juga stocknya..soalnya di dealer yamaha kotakecil
macem kediri aja ada hampir 5 unit lebih
..
Sangat-sangat di sayangken bro..mengingat motor ini sudah di kasi embel2
RACING SPIRIT oleh pabrikan tentunya performen engine juga sudah semi
racing..double disc brake..engine tegak..walaupun masi air cooled mesin
bersirip2 ini mampu melibas abis satria 120cc..mungkin kalo masi ada
yang baru pada saat sekarang,bukan tidak mungkin kalo fu pun ikut
terlibas
..
SPEC TIARA
~bore x stroke
54,0 x 52,0.=119,0 cc
~power
17ps @7500rpm
~torque
115kpm@7000rpm
~carburetor
Mikuni VM22 S.S
~transmisi
6 SPEED,1,N,2,3,4,5,6
~sparkplugs
C7HSA (NGK)
~clutch system
Wet,manual clutch
~start system
Kick start
~fuel capacity
6,5 litre
~IGNITION
AC,CDI
dikutip dari:http://babad150f.wordpress.com/2009/05/11/yamaha-tiara-s-120-one-more-exotic-underbone/
History Of Blingsatan Band
Blingsatan, Bertahan karena Lawan Arus Musik
Empat tahun dilalui Band Blingsatan dengan berbagai pergolakan. Kini, mereka dapat tempat.
Senin, 17 Mei 2010, 13:19 WIB
SURABAYA POST - Blingsatan terbentuk berawal dari
bubarnya Band Karpet yang eksis selama 10 tahun (1994-2004). Sukses
mengeluarkan satu album Indie bertajuk Karpet dan satu album major di
bawah bendera EMI Record (Disvakum), para personel memutuskan memilih
jalan masing-masing.
Band-band baru kemudian muncul dengan dimotori mantan personel Karpet. Termasuk Blingsatan yang didirikan basis Karpet, Arief, bersama Amir, sang penggebuk drum.
Mereka mendirikan Blingsatan pada Agustus 2005 bersama Dave. Namun Dave tidak ikut membesarkan band baru ini dan memutuskan bergabung dengan Asia Line, home band Hard Rock Café Jakarta.
Posisi Dave kemudian digantikan Zack yang baru pulang dari Amerika Serikat. Formasi ini langsung merilis album Indie perdana bertitel Streetrock.
Band-band baru kemudian muncul dengan dimotori mantan personel Karpet. Termasuk Blingsatan yang didirikan basis Karpet, Arief, bersama Amir, sang penggebuk drum.
Mereka mendirikan Blingsatan pada Agustus 2005 bersama Dave. Namun Dave tidak ikut membesarkan band baru ini dan memutuskan bergabung dengan Asia Line, home band Hard Rock Café Jakarta.
Posisi Dave kemudian digantikan Zack yang baru pulang dari Amerika Serikat. Formasi ini langsung merilis album Indie perdana bertitel Streetrock.
Nama itu dipilih sebagai cerminan genre musik yang dicetuskan oleh arek-arek Blingsatan, yakni rocker jalanan metropolitan.
Bertahan sebagai band rock Indie dengan aliran yang menyimpang dari mainstream bukanlah sesuatu yang mudah bagi Blingsatan. Empat tahun mereka lalui dengan berbagai pergolakan. Mulai dari penolakan audiens, caci maki khalayak hingga berurusan dengan kepolisian karena terjadi keributan saat konser.
“Kata jancuk selalu terucap tiap kali kami manggung. Mungkin inilah yang tidak bisa diterima audiens selain aliran musik yang tidak familiar di telinga,” kata Arief, vokalis sekaligus basis Blingsatan.
Arief menjelaskan, aliran musik Blingsatan memang tidak umum untuk sebuah band rock di Indonesia. Band ini mengakulturasikan aliran emo rock dan melodic punk dengan melodi nyanyian lagu yang sangat lantang dan keras.
Emo rock merupakan aliran musik rock yang memiliki karakter permainan melodis dan ekspresif.
“Mungkin di luar negeri, seperti Amerika Serikat atau Inggris, emo rock sudah biasa. Tapi di Indonesia, belum banyak band yang memilih aliran ini,” kata Arief.
Sebagai band di luar mainstream, tidak mudah bagi Blingsatan untuk bisa merangkul pasar. Apalagi mereka tidak bernaung di bawah bendera major label. Pasar pun ditembus melalui penampilan di panggung-panggung acara komunitas, pentas seni di berbagai kota hingga acara-acara di televisi nasional.
Pelan-pelan, pasar pun bisa menerima. Bahkan band ini mulai mendapat tempat para kawula muda Surabaya.
Album pertama yang dibuat sebanyak dua ribu kopi pada 2005 lalu ludes terjual, sementara permintaan masih terus mengalir hingga kini. Penggemar fanatik yang terbangun melalui jejaring sosial makin banyak mengekor.
Meski sudah diterima pasar dan punya banyak penggemar, Blingsatan tetap konsisten dengan aliran musiknya. Mereka tidak berusaha mengubah warna musik maupun aliran hanya untuk mengikuti pasar yang ada dan memperbanyak penjualan album.
Tawaran dikontrak major label juga banyak ditolak. Pasalnya, mereka tidak menginginkan campur tangan label dalam bermusik maupun berkarya. “Jika label sudah ikut campur, apa yang kami pertahankan selama ini bisa berubah. Bahkan aliran musik kami malah bisa berubah mengikuti selera umum di pasar,” kata Arief.
Manajer Blingsatan, Rizal, menambahkan dalam promo album pun mereka juga berada di luar jalur. Jika band-band baru ramai-ramai berebut tampil di acara musik di televisi, mereka lebih memilih meng-upload video klip di Youtube serta membangun komunitas lewat Facebook, My Space dan sebagainya.
Konsistensi dalam mempertahankan aliran musik memang tidak mendongkrak Blingsatan menjadi band populer di negeri ini. Namun konsistensi mereka dalam bermusik berhasil membawanya masuk nominasi Indonesia Cutting Edge Music Awards (ICEMA) 2010, sebuah penghargaan untuk artis non-mainstream pertama di Indonesia. Blingsatan masuk kategori Favourite Punk/Hardcore Song untuk lagu Matahari Pagi dari album Melodi Emosi. Puncak pemberian penghargaan ini digelar 18 Juli nanti di Jakarta. Grup band ini menjadi perwakilan satu-satunya dari Surabaya.
Menurut salah satu Dewan Kategorisasi, Denny Sakrie, ICEMA 2010 merupakan apresiasi dan penghargaan bagi komunitas musik di Indonesia. Khususnya musik yang dihasilkan oleh komunitas non-mainstream. “Kami yakin band-band ini memang layak diperkenalkan kepada masyarakat,” kata Denny. (umi)
Bertahan sebagai band rock Indie dengan aliran yang menyimpang dari mainstream bukanlah sesuatu yang mudah bagi Blingsatan. Empat tahun mereka lalui dengan berbagai pergolakan. Mulai dari penolakan audiens, caci maki khalayak hingga berurusan dengan kepolisian karena terjadi keributan saat konser.
“Kata jancuk selalu terucap tiap kali kami manggung. Mungkin inilah yang tidak bisa diterima audiens selain aliran musik yang tidak familiar di telinga,” kata Arief, vokalis sekaligus basis Blingsatan.
Arief menjelaskan, aliran musik Blingsatan memang tidak umum untuk sebuah band rock di Indonesia. Band ini mengakulturasikan aliran emo rock dan melodic punk dengan melodi nyanyian lagu yang sangat lantang dan keras.
Emo rock merupakan aliran musik rock yang memiliki karakter permainan melodis dan ekspresif.
“Mungkin di luar negeri, seperti Amerika Serikat atau Inggris, emo rock sudah biasa. Tapi di Indonesia, belum banyak band yang memilih aliran ini,” kata Arief.
Sebagai band di luar mainstream, tidak mudah bagi Blingsatan untuk bisa merangkul pasar. Apalagi mereka tidak bernaung di bawah bendera major label. Pasar pun ditembus melalui penampilan di panggung-panggung acara komunitas, pentas seni di berbagai kota hingga acara-acara di televisi nasional.
Pelan-pelan, pasar pun bisa menerima. Bahkan band ini mulai mendapat tempat para kawula muda Surabaya.
Album pertama yang dibuat sebanyak dua ribu kopi pada 2005 lalu ludes terjual, sementara permintaan masih terus mengalir hingga kini. Penggemar fanatik yang terbangun melalui jejaring sosial makin banyak mengekor.
Meski sudah diterima pasar dan punya banyak penggemar, Blingsatan tetap konsisten dengan aliran musiknya. Mereka tidak berusaha mengubah warna musik maupun aliran hanya untuk mengikuti pasar yang ada dan memperbanyak penjualan album.
Tawaran dikontrak major label juga banyak ditolak. Pasalnya, mereka tidak menginginkan campur tangan label dalam bermusik maupun berkarya. “Jika label sudah ikut campur, apa yang kami pertahankan selama ini bisa berubah. Bahkan aliran musik kami malah bisa berubah mengikuti selera umum di pasar,” kata Arief.
Manajer Blingsatan, Rizal, menambahkan dalam promo album pun mereka juga berada di luar jalur. Jika band-band baru ramai-ramai berebut tampil di acara musik di televisi, mereka lebih memilih meng-upload video klip di Youtube serta membangun komunitas lewat Facebook, My Space dan sebagainya.
Konsistensi dalam mempertahankan aliran musik memang tidak mendongkrak Blingsatan menjadi band populer di negeri ini. Namun konsistensi mereka dalam bermusik berhasil membawanya masuk nominasi Indonesia Cutting Edge Music Awards (ICEMA) 2010, sebuah penghargaan untuk artis non-mainstream pertama di Indonesia. Blingsatan masuk kategori Favourite Punk/Hardcore Song untuk lagu Matahari Pagi dari album Melodi Emosi. Puncak pemberian penghargaan ini digelar 18 Juli nanti di Jakarta. Grup band ini menjadi perwakilan satu-satunya dari Surabaya.
Menurut salah satu Dewan Kategorisasi, Denny Sakrie, ICEMA 2010 merupakan apresiasi dan penghargaan bagi komunitas musik di Indonesia. Khususnya musik yang dihasilkan oleh komunitas non-mainstream. “Kami yakin band-band ini memang layak diperkenalkan kepada masyarakat,” kata Denny. (umi)
dikutip dari:http://jatim.vivanews.com/news/read/151488-bertahan_karena_konsisten_lawan_arus_musik
Langganan:
Postingan (Atom)